Khazanah Batik Nusantara di Museum Batik Pekalongan




Kota Batik di Pekalongan
Bukan Jogja, Bukan Solo

Siapa sih yang ga kenal lirik lagu di atas? Lirik lagu dari Band Slank yang berjudul Sosial Betawi Yoi (SBY) ini secara tidak langsung mengukuhkan bahwa Pekalongan lah yang ‘berhak’ menyandang predikat sebagai Kota Batik. Penasaran kenapa Pekalongan bisa disebut sebagai Kota Batik? Penasaran juga dengan keseruan gua menjelajahi museum Batik Pekalongan? Cekidot!!
Museum Batik Pekalongan
Museum Batik Pekalongan
Ada hikmah di balik semua kejadian. Begitu juga dengan penempatan KKN gua di Kabupaten Pekalongan. Salah satu hikmahnya adalah gua bisa mengunjungi Museum Batik Pekalongan yang terletak di Kawasan Kota Tua Jetayu, tepatnya di Jalan Jl. Jetayu No.1, Pekalongan. Jaraknya yang lumayan dekat dari lokasi KKN mahasiswa Undip menjadikan museum ini sebagai destinasi wisata wajib ketika KKN.

Selamat Datang di Pekalongan.
Kalau lihat tulisan ini, tandanya Museum Batik udah dekat
Pekalongan disebut juga sebagai Kota Batik karena sebagian mata pencaharian warganya adalah sebagai pengrajin batik. Industri Batik menggerakkan lebih dari 1000 keluarga untuk bertahan hidup. Ratusan toko penjaja batik tersebar di penjuru kota kecil ini. Maka tak heran jika batik menjadi buah tangan yang wajib dibawa ketika sedang jalan-jalan di Pekalongan. 

Selain itu, BATIK juga menjadi slogan Kota Pekalongan yang berarti Bersih, Aman, Tertib, Indah dan Komunikatif. Beragamnya khazanah motif batik yang dimiliki Pekalongan juga membuat kota di pantai utara Jawa ini menyandang predikat sebagai Kota BATIK



Pekalongan Kota Batik 
interior bagian depan Museum Batik
Memasuki museum ini, pengunjung akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 5000. Pengunjung juga akan ditemani oleh seorang Guide yang akan menjelaskan isi dari museum ini. Museum ini diresmikan  oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 12 Juli 2006 bertepatan Hari Koperasi Nasional ke-59 yang perayaannya diselenggarakan di Kota Pekalongan. Museum ini menempati gedung tua bekas balaikota Pekalongan peninggalan Belanda seluas 2.500 m2.

Prasasti peresmian Museum Batik Pekalongan oleh Presiden SBY
Museum Batik Pekalongan memiliki tiga ruang utama. Ruang pameran utama berisi alat-alat dan jenis-jenis kain yang digunakan dalam proses membatik. Ruang utama digunakan untuk memamerkan koleksi aneka batik khas daerah pesisir utara jawa, seperti batik Cirebon, Pekalongan, Batang, dan juga Rembang. Ciri khas batik Pesisir adalah warnanya yang cerah dibanding corak batik lainnya. Motif batik pesisir juga dipengaruhi oleh corak luar negeri seperti Tiongkok, India, dan Eropa.

Di sini juga dipamerkan jenis-jenis lilin yang digunakan untuk membatik. Ada lilin paraffin, lilin tawon, microwax, dan damar. Selain  jenis-jenis lilin, di sini juga dipamerkan jenis-jenis pewarna yang digunakan dalam proses membatik
Di ruangan ini juga terdapat replika manekin yang mengenakan kostum penari Sintren. Sintren adalah kesenian khas daerah pantai utara jawa, meliputi Pekalongan, Brebes, Pemalang, Tegal, Banyumas, bahkan Kuningan (Jawa Barat). Konon, tarian Sintren hanya bisa dibawakan oleh perempuan yang masih suci alias masih  gadis alias masih Perawan.

Sintren
Masuk ke ruangan kedua, di sini dipamerkan batik-batik khas Pekalongan, yang disebut dengan motif Jlamprang. Jlamprang adalah salah satu motif Batik khas Pekalongan, yang dipengaruhi oleh interaksi masyarakat setempat dengan pendatang, dalam hal ini etnis Gujarat dari India.  

Motif Jlamprang merupakan pengembangan dari motif kain Patola yang berasal dari Gujarat. Di Pekalongan, Batik ini digunakan dalam upacara Nyadran, yaitu upacara sedekah laut untuk memohon perlindungan dan syukur kepada Tuhan. Ruang Pamer kedua juga merupakan ruangan yang berisi koleksi batik yang berasal dari sumbangan atau donasi dari pejabat negeri.

Motif Jlamprang
Di Museum Batik Pekalongan juga dipamerkan motif batik hasil perpaduan dengan budaya Tionghoa, salah satunya motif Tok Wi. Kain Tok Wi merupakan kain yang berfungsi sebagai penutup meja altar sembahyang di kelenteng-kelenteng, yang menggambarkan perpaduan antara motif Taois dan Buddhis. Selain untuk sembahyang, Kain Tok Wi digunakan  oleh kaum peranakan Cina untuk menggelar berbagai upacara, mulai dari pernikahan, ulang tahun, hingga upacara kematian. Ragam motif yang digunakan antara lain flora, fauna, dewa/dewi, dan gambar manusia.

Motif Tok Wi
Ada pula motif batik Pagi-Sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal. Kain ini popular pada era pendudukan Jepang, dimana masyarakat Indonesia (juga Pekalongan) mengalami hidup yang sulit. Untuk menghemat, maka para pengrajin batik membuat batik dengan dua desain motif yang berbeda dalam satu kain, sehinga terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain. Warna yang lebih gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara bagian batik yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari.


motif batik Pagi-Sore
Masuk ke ruangan ketiga, di sini dipamerkan batik dari seluruh nusantara. Mulai dari batik Jogjakarta, Batik Solo, Batik Betawi, Garut, Indramayu, Madura, dan Papua. Ruangan ini disebut juga Ruang Batik Nusantara karena memamerkan batik dari seluruh nusantara.

bagian dalam Ruang Batik Nusantara
Belom puas cuma lihat koleksi batik dan ingin  belajar membatik secara langsung? Tenang! Di sini bisa! Selain dapat tourguide, tiket Rp 5000 yang kita bayarkan tadi ternyata sudah termasuk paket praktik belajar membatik. Bener-bener murah meriah! Pengunjung akan disediakan selembar kain dan alat-alat untuk membatik seperti lilin dan canting. Waaah ini pertama kalinya gua belajar membatik. Maap ya kalo jelek :(

Dibuat oleh seorang mahasiswa Undip yang pertama kali belajar membatik

Karena lokasinya yang terletak di kawasan Kota Tua Jetayu, Museum Batik Pekalongan dikelilingi bangunan-bangunan yang tak kalah indah. Sebut saja Masjid Al-Ikhlas dengan kubahnya yang berwarna emas. Ada pula Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pekalongan dengan gaya bangunan khas Belanda. Sedikit berjalan dari Museum, kita akan menemukan Kantor Pos Pekalongan yang didominasi oleh warna oranye. Tepat di depan museum, berdiri tugu BATIK yang sayang jika dilewatkan. Mantap djiwaaaaa.

Bangunan di kawasan Kota Tua Jetayu :
Kantor Pos Pekalongan, GKI Pekalongan, Masjid Al-Ikhlas, Tugu BATIK
Pekalongan dan Batik menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kita patut berbangga karena PBB melalui UNESCO telah mengakui batik sebagai  Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Dan dunia akan menjadi saksi bagaimana Kota Pekalongan menjadi garda pelestari batik dari dulu, kini, dan selamanya.



Sampai jumpa di jalan-jalan selanjutnya!

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. seru banget sih kkn mainnya ke museum, tempat kkn ku adanya cuman toko ada doang:")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmmm gini aja po, kamu daftar KKN lagi, siapa tau dapet di Pekalongan. Nanti kan bisa ke museum Batik!!!!!!!

      Hapus
  4. wah artikelnya mantab, oh iya guys kalau butuh kendaraan keliling jogja bisa mampir ke sini jasa rental & sewa mobil jogja/yogyakarta becik transport

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.